Senin, 24 November 2008

The Winner is Atheis

Jika Anda lebih mencintai agama Anda daripada Tuhan, tolong tidak usah repot-repot membaca..


Dari dulu aku sering berpikir, Tuhan sedang khilaf sekali terhadap dua agama ini. Kasihan, kadang-kadang. Keduanya agama yang paling banyak mendapat janji-janji eksklusif dari Tuhan, dan yang lebih kacaunya, juga mendapat perintah untuk menyebar ke segala sudut bumi, dibebani missi untuk merekrut sebanyak mungkin pengikut.

Tuhan seolah seperti ketua partai yang kekurangan konstituen menjelang pemilu. Tuhan seperti sesuatu yang lemah lesu kurang gairah dan kurang tenaga, sehingga perlu pertolongan dan bantuan manusia untuk sekadar merekrut pengikut. Tuhan seperti gentar, gemetaran dipelototi Iblis dari kejauhan...

Sungguhkah Tuhan pernah “minta tolong” seperti itu? Atau Tuhan sungguhankah yang minta tolong itu, yang memotivasi kedua agama itu untuk berebut pengikut, yang kemudian menjerumuskan mereka ke perang-perang “suci” hingga hari ini? Kalau sungguh, tanpa mengurangi rasa hormat, dengan sangat menyesal, Itu bukan tuhan saya...

Saya tak sudi bertuhankan sesuatu yang bicara begini kepada agama ini, dan bicara begitu kepada agama itu. Saya bodoh, tapi tidak begitu bodohnya untuk beriman kepada Sesuatu yang lemah, yang perlu pertolongan manusia untuk menegakkan kebenaran, untuk menghadapi iblis secara keroyokan...


Sudah menjadi sesuatu rahasia umum, anda pasti pernah menemukan perdebatan panas sekaligus menjijikkan, antara orang-orang yang menganggap agamanya paling benar.

Tidak sekadar mempertahankan kebenaran agamanya, mereka juga menyerang secara brutal agama lain. Hasilnya, kedua agama itu terlihat sama-sama konyol, sama-sama tak logis. Dan itu tadi, yang akhirnya mendapat trofi kemenangan adalah saudara-saudara kita yang atheis, sebab akhirnya kedua orang bertengkar itu membuka sendiri borok dan kelemahan masing-masing. Mengenaskan kan?

Secara pribadi,

Memang harus saya katakan, saya memilih tetap dalam agama saya sekarang bukan karena saya anggap agama itu paling bagus, dan paling-paling lain nya. Saya tak berpindah ke agama lain karena saya tahu dalam agama saya ada kebaikan seperti dalam agama lain, dan dalam agama lain ada keburukan yang ada dalam agama saya......

Dan harusnya inilah yang dipegang, bahwa semua itu ada dan berada demi tujuan yang baik.


Meski fanatisme rasanya ada di semua agama, tetapi pada kedua agama ini kecenderungan itu sudah keterlaluan. Mereka mungkin lupa silsilah, sama-sama anak kandung Ibrahim, dari ibu yang berbeda.

Makanya jangan poligami!

Tidak ada komentar: